Wednesday, 1 February 2017

MEMBUAT GARIS LENGKUNG (SIPIL)

1.   LatarBelakang

Ilmu Ukur Tanah adalah ilmu yang mempelajari cara-cara pengkuran tanah dalam arah posisi horizontal maupun vertkal untuk menentukan posisi relatif suatu objek di atas maupun di bawah permukaan tanah, yang diproyeksi ke bidang datar dengan aturan skala tertentu.Di dalam Ilmu Ukur Tanah yang dipelajari adalah maksud yang kedua yaitu maksud praktis, jadi maksud untuk membuat peta ataupun cara-cara pengukuran di bumi untuk berbagai keperluan seperti halnya pemetaan, penentuan posisi relatif dan sebagainya yang dilakukan pada daerah yang relatif sempit sehingga untuk kelengkungan permukaan bumi dapat diabaikan. Maksud ini dicapai dengan melakukan pengukuran-pengukuran di atas permukaan bumi yang mempunyai bentuk tidak beraturan, karena adanya gunung-gunung yang tinggi dan lembah-lembah yang curam. Pengukuran-pengukuran dibagi dalam pengukuran yang mendatar untuk mendapat hubungan pengukuran-pengukuran tegak guna mendapat hubungan tegak antara titik-titik yang diukur.Untuk memindahkan keadaan dari permukaan bumi yang tidak beraturan dan yang melengkung pula ke bidang peta yang datar, diperlukan bidang perantara yang dipilih sedemikian, hingga pemindahan keadaan itu dapat dilakukan dengan semudah-mudahnya.

Dari situlah kami bermaksud untuk melakukan suatu praktikum dan akhirnya selama satu semester ini kami telah melakukan praktikum tersebut dan kami susun dalam bentuk laporan ini.

2. Tujuan percobaan
Setelah melakukan percoban ini, anda diharapkan dapat :

1. Membuat garis lengkung mendatar sederhana dengan cara :
a.      Lengkung sederhana dengan titik singgung perantara ;
b.      Lengkung sederhan dengan sistem koordinat ;
c.      Lengkung sederhana dengan sistem seperempat bagian.

2. Menggambarkan garis lengkung sesuai dengan hasil pengukuran.

3. Dasar Teori
Dalam teknik sipil, kontruksi lingkungan digunakan pada bangunan jalan raya, sungai, saluran, jalan kereta api dan lain sebagainya.

R = Jari-jari
α  = Sudut pusat
β  =  Sudut defleksi
T1 =  T= titik singgung
S – T1) = (S – T2)
S – T2) = jarak singgung
S – M   = jarak luar
M – D  = ordinat tengah
T1 – M - T2= panjang lengkung busur
T1 – D - T2  =   tali busur
S – T1)
S – T2) =  Q
S – M = R = 

M – D = R  = 

T1 – D – T2

T1 – D – T2 =  2 R sin

Gambar 1 lengkung mendatar
Titik-titik perantara dari lengkungan.
1. Titik perantara dengan titik singgung perantara.

Gambar 2 lengkung mendatar dengan titik singgu perantara
Diketahui titik-titik T1, M, T2, D dan S. Tentukan panjang tali busur T1, M, D dan T2, M ukur dengan hati-hati panjangnya buat sudut siku-siku di pertengahan panjang tali busur pada titik D1 dan D2. Ukur panjang D1M1= D2M2 = R (1 – cos  )

Titik-titik perantara dari garis singgung S1 dan S2 dapat ditentukan dengan rumus S1M1 = S2M2 = R (  - 1)
2. Titik prantara koordinat
Gambar 3 titik-titik perantara koordinat
Sebelum melakukan pengukuran dengan cara ini, tetapkan dulu titik-titik dengan perantara dengan beberapa teori.

Gambar 4 lengkung dengnan titik perantara koordinat

Sin Q = →X  = R sin Q
Cos Q =
R cos Q = R – Y
R cos Q – R = - Y
Y = R ( 1 – cos Q )

3. Titik perantara dengan cara seperempat bagian.
Gambar 5 lengkung seperempat bagian.

Untukpekerjaan-pekerjaan yang tidak penting, misalnya perbuatan jalon-jalon kelas sedaang atau yang berkekuatan rendah, sehingga tidak di perlukan ketelitian yang tinggi, maka perbuatan garis lengkung dengan titik perantara yang menggunakan cara seperempat bagian ini dapat digunakan atau dipakai.

Bila pada lengkungan diketahui titik T1; M dan T2, sehingga MD dapat dihitung atau di ukur. kemudian sekarang buatlah M1D1 = MD dan M3D3 = M1D1.

4.  Peralatan yang di gunakan


TABEL : 4.1 PERALATAN YANG DIGUNAKAN

No

Alat

Gambar

Keterangan dan Spesifiasi


1.

Penta Prisma
Alat untuk melihat ke sejajaran antara jalon.


2.

Unting-Unting
Petunjuk tegak atau tidaknya alat yang didirikan

3.

Pita Ukur
Untuk mengukur Jarak

4.

Alat Tulis
Untuk mencatat hasil pengukuran

5.

Kompas

Untuk menetukan arah dan sudut


6.

Jalon


Sebagai tanda di lapangan

7.

Pen Ukur

Sebagai tanda di lapangan



5. Petunjuk umum dan keselamatan kerja
a.         Pelajari lembar kerja dengan baik-baik, sebelum melaksakan praktek, tinjaulah lebih dahulu keadaan dilapangan.
b.         Tempatkan peralatan kerja di tempat yang aman dan tidak menggagu kelancaran kerja.
c.         Pergunakan peralatan keselamatan kerja misalnya sepatu, topi.
d.         Jika pekerjaan sudah selesai kontrol kembali peralatan sesuai daftar dan bersihkan kemudian di kembalikan segera.
e.         Pakailah pakai kerja dan persiapan P3K.

6. Langkah Kerja
Lengkung sederhana dengan titik singgung perantara.
a.       Jika besarnya sudut depleksi (β) dan jari-jari (R) di ketahui maka tangen dapat di tentukan.
b.      Tentukan suatu titik tetap (misalnya titik S) dan titik yang penting darisuatu lengkung antara lain T1 dan T2, dengan T1 = titik awal lengkung, T2 = titik akhir lengkung.

Gambar 6 menentukan sudut defleksi lengkung

c.  Menentukan panjang arah tangen ( ST1) dan (ST2).
α = 180 – β     

ST1 =  ST2 = R tan 
α = sudut dalam lengkung.
β = sudut depleksi lengkung.
R = jari-jari lengkung.

Dalam menentukan arah tangenya perlu bantuan titik-titik segitiga siku-siku, yiutu titik E, F, S dan sudut E = 90. Kemudian, letakan titik E pada garis ST1 demikian rupa sehingga titik F tegak lurus ST1 melalui titik E dengan bantuan alat Pentaprisma, sehingga :
EF  = ES tan αdan kontrol dengan FS2 = SE2 + EF2
d. Panjangnya garis FS untuk menentukan ST2 sejauh R tan
e. Bagilah sudut defleksi (β) menjadi dua bagian sama besar, tentukan titik M dan D pada garis bagi tersebut dimana :

 dan MD = R (
Periksa keadaan titik T1, D dan T2harus segaris lurus dan garis T1DT2 garis bagi atau T1DT2 SD.
Gambar 7 menentukan arah tangen dan sudut dan defleksi lengkung.

f.   Menentukan pertengahan T1M dan T2M di buat garis tegak lurus pada T1M dan T2M   yaitu titik D1 dan D2 sehingga memotong ST1 dan ST2 di titik S1 dan S2. S1D1 T1M dan S2D2 T2M.
g.  Tentukan titik M1 dan S1D2 dan M2 pada S2D2 dimana besarnya :
D1M1 = D2M2 = R  (  dan S1M1 = S2M2 = R .
Titik M1 dan M2 adalah titik-titik yang akan dilakui lengkung.
h.  Demikian juga untuk titik bantu yang lain yaitu titik-titik M3, M4, M5, M6, dan seterusnya sesuai kebutuhan.
i.   Hubungkan titik T1, M3, M1, M4, M, M5, M2, M6, T2, Maka lengkung sederhana dapat diperoleh.
Panjang lengkung =  π R

Gambar 8 lengkung mendatar dengan titik singgung pereantara





Lengkung sederhana dengan sistem koordinat
1.  Jika besarnya sudut defleksi dan jari-jari R di ketahui maka arah tangan dapat di tentukan (dapat juga titik tetap S dan titik bantu F dan E di tentukan seperti langkah lengkung sederhana dengan titiksinggung perantara).
2.  Ukurlah panjang ST1 = ST2 = R tan
3.  Buatlah garis perpanjangan melalui salah satu arah tangennya, misal melalui ST1, sebagai dasar absis dan ordinat dalam perhitungan.
Gambar 9 lengkung mendatar dengan titik singgung perantara

4.  Tentukan titik-titik perantara (misal : titik T1, T2, T3........ TN) yang terletak sepanjang garis T1S dengn T1 sebagai titik tetap, jarak titik-titik perantara besarnya bergantung dari pembagian sudut pusat lengkung.
Misal : koordinat titik lengkung.
Absis                                                   Ordinat
X1= T1 t1 = R sin                               y1 = tm1 = R (1 - cos
X2 = T1 t2  = R sin                             y2  =  t2 m= R (1 - cos
     X3= .......................                              y3= .......................
     Xn= T1 tn = R sin                             yn  =  tn m= R (1 - cos
5.  Titik-titik T1, m1, m2, m3,............. TJika di hubungkan akan terbentuk lengkung mendatar dengan sistem koordinat.

Gambar 10 lengkung mendatar sistem koordinat

Lengkug mendatar sederhana dengan sistem seperempat bagian
1.  Tentukan arah tangen dilapangan dengan bantuan titik-titik segitiga F, E, S, dan siku di titik E.
2.  Melalui titik S, ukurlah panjang ST1 = ST2 = R tan
3.  Bagilah sudut defleksi (β) menjadi dua bagian sama besar. Melalui garis bagi ukurlah SM dan MD sesuai perhitungan.
     SM = R   MD = R
4.  Buat garis tegak lurus dan ukurlah D1M1 = D2M2 =  DM. Melalui T1M dan T2M pada pertengahanya ( D1 dan D2 )
5.  Tentukan titik D3, D4, D5, D6,...................Dn yang merupakan pertengahan dari T1M1, M1M, M2M, T2M2 kemudian dibuat garis tegaklurus seperti langkah ke empat. Ukurlah........ D3M3 = D4M4 = D5M5 = D6M6, = D1M1.
      Hubungkan titik T1, M3, M1, M4, M, M5, M2, M6, T2, maka lengkung dengan cara seperempat bagian dapat diperoleh.



Gambar 11 Lengkung mendatar dalam sistem seperempat bagian
     
7. Data dan Sketsa Lokasi
7.1 Data
Dari hasil praktikum di lapangan di ketahui :
R = 11,29 m

α = 180 - 119 = 61 ̊
β = 119 ̊
 T1 =  S - T2 = R tan ½ α = 11,29 tan 30,5  ̊= 6,65
 - 11,29 = 1,81


X1 = 1,50
Y1 = 0,09
X2 = 2,97
Y2 = 0,40
X3 = 4,39
Y3 = 0,89
X4 =5,73
 Y4 = 1,56
X5 = 6,97
Y5 = 2,41
X6 = 8,09
Y6 = 3,41
X7 = 9,06
Y7 = 4,55
X8 = 9,87
Y8 = 5,82

7.2 Sketsa lokasi
8.    Pengolahan data dan Analisa
R = 11,29 m

α = 180 - 119 = 61 ̊
β = 119 ̊
 T1 =  S - T2 = R tan ½ α = 11,29 tan 30,5  ̊= 6,65
 - 11,29 = 1,81



X1 = 1,50
Y1 = 0,09
X2 = 2,97
Y2 = 0,40
X3 = 4,39
Y3 = 0,89
X4 =5,73
 Y4 = 1,56
X5 = 6,97
Y5 = 2,41
X6 = 8,09
Y6 = 3,41
X7 = 9,06
Y7 = 4,55
X8 = 9,87
Y8 = 5,82

Analisa data hasil lapangan
S1 – S2 = T1 – T2   =  = 6,65 m
β = 119 ̊
α = 180 ̊ – 119 ̊ = 61 ̊
 - 11,29 = 1,81
 




T1 – t1     = X1 = R sin Q1
              = 11,29. sin 7,625
              = 1,498 ≈ 1,50

t1 – m1       =Y1 = R (1– cos Q1)
                     = 11,29 (1 – cos 7,625)
                     = 0,09

T1 – t2     = X2 =R sin Q2
                   = 11,29 sin 15,25 = 2,969 ≈ 2,97

t2 – m2       =Y2 = R (1 – cos Q1)
              = 11,29 (1 – cos 15,25)
              = 0,39 ≈ 0,40

T1 – t3     = X3 =R sin Q3
                   = 11,29 sin 22,88 = 4,389 ≈ 4,39

t3 – m3       =Y3 = R (1 – cos Q3)
              = 11,29 (1 – cos 22,88)
              = 0,888 ≈ 0,89

T1 – t4     = X4 =R sin Q4
                   = 11,29 sin 30,51 = 5,73

t4 – m4       =Y4 = R (1 – cos Q4)
              = 11,29 (1 – cos 30,51)


T1 – t5     = X5 =R sin Q5
                   = 11,29 sin 38,14 = 6,97

t5 – m5       =Y5 = R (1– cos Q5)
                     = 11,29 (1 – cos 38,14)
                     = 2,41

T1 – t6     = X6 =R sin Q6
                   = 11,29 sin 45,77
              = 8,089 ≈ 8,09

t6 – m6       =Y6 = R (1– cos Q6)
                     = 11,29 (1 – cos 45,77)
                     = 3,41

T1 – t7     = X7 =R sin Q7
                   = 11,29 sin 53,40
              = 9,06

t7 – m7       =Y7 = R (1– cos Q7)
                     = 11,29 (1 – cos 53,40)
                     = 4,55

T1 – t8     = X8 =R sin Q8
                   = 11,29 sin 61,03
              = 9,87
t8 – m8       =Y8 = R (1– cos Q8)
                     = 11,29 (1 – cos 61,03)
                     = 5,82


9. PENUTUP

9.1. Kesimpulan


Ilmu ukur tanah sangatlah penting dalam dunia teknik sipil, dimana kita bisa mempraktekkan secara langsung berbagai jenis pengukuran yang sering di gunakan. Dalam praktikum ilmu ukur tanah yang telah kami lakukan dilapangan, terdapat beberapa kesealahan salah satunya yaitu kurangnya ketelitian dalam pengukuran menggunakan pita ukur dan terdapat selisih saat membuat garis lengkung. Jadi, diharapkan agar lebih teliti lagi dalam melakukan pengukuran dan sebaiknya pengukuran di lakukan minimal dua kali yaitu pergi pulang.

9.2. Saran

Dengan ada pembelajaran praktek lansung dilapangan menjadikan lebih mudah untuk memahami ilmu ukur tanah. Ilmu yang didapat diharapkan dapat dimanfaat dengan sebaik-baiknya khususnya di aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dan diharapkan untuk lebih teliti lagi dalam melakukan pengukuran di lapangan agar tidak terjadi banyak kesalahan dan keselisihan dalam membuat garis lengkung di lapangan serta diharapkan serius dalam praktikum.


No comments:

Post a Comment