Saturday, 25 February 2017

Pendidikan Kita Anti-realitas

Add caption
Terlepas dari pro kontra bahwa pendidikan kita belum meyentuh realitas empirik yang ada disektor ekonomi. Ini terbukti dengan banyaknya pengangguran intelektual di negara inilah hal yang patut menjadi menjadi perhatian tersendiri. Kerapkali kita jumpai lulusan perguruaan tinggi yang kesulitan mencari pekerjaan disektor formal. Tidaklah ini bearti mahasiswa hanya diarahkan untuk bekerja dan bukan untuk mengembangkan potensi dirinya? Sehingga Universitas hanya membentuk manusia-manusia robot yang siap menerima komando dari atasan pabrik.
Hal ini tercermin dari polling yang dilakukan oleh majalah Balairung terhadap mahasiswa UGM bahwa 54,8% dari resphonden mengakui bahwa perkuliahan yang mereka tekuni tidak menunjang sektor informal yang mereka geluti. Kalau mau bicara soal perkuliahan sebagai bagian pendidikan pastilah jadi penunjang bagi mahasiswa ketika turun ke lapangan. Kita perlu merekonstruksi paradigma berpikir klasik yang tertanam subur dalam masyarakat bahwa Universitas dan gelar akademis adalah jalan satu-satunya yang harus ditempuh untuk mengubah nasib mereka, terutama anak-anak miskin.
Pada kenyataannya, setelah orangtuannya di kampung terpaksa membanting tulang dan menjual sawah ladang mereka untuk membiayai pendidikan itu, anak-anak yang telah memperoleh sertifikat akademis itu harus antri dalam barisan pengangguran terpelajar tapi tidak menguasai baik pengetahuan maupun keterampilan hidup. Para mereka yang telah memperoleh sertifikat akademis terkondisikan untuk bermental kuli, budak, babu yang selalu mencari majikan baru Karena takut menjadi manusia merdeka yang bertanggung jawab. Mereka sama sekali tidak menunjukan mental swasta yang sensitive, kreatif dan berani mengambil resiko.

Represi : Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Jurnal Pemikiran, Riset dan Pekembangan Pendidikan Islam, (Vol. 4, No. 1, Januari-uni 2009)

No comments:

Post a Comment